Judul Buku: “BLAKANIS”
Pengarang : Arswendo Atmowiloto
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka
Dalam sebuah program kuis pada jaringan TV berlangganan Starworld berjudul “Moments of truth” seorang ditantang untuk menjawab dengan jujur pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya sangat pribadi untuk mendapatkan hadiah 500.000 dolar.
Isi pertanyaannya seperti “Apakah anda pernah berhubungan sex dengan laki-laki lain selain suami anda? Apakah anda pernah berhubungan sex untuk mendapatkan bayaran? Apakah menurut anda suami anda bukanlah pasangan yang tepat buat anda?”. Pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab dihadapan suami dan keluarga si peserta. Sementara peserta dihubungkan pada mesin Lie Detector. Peserta tentu saja menjawab jujur dengan pamrih 500 ribu dolar, karena jika ketahuan ada indikasi bohong dari lie detector maka hadiah yang dia kumpulkan hangus begitu saja.
Kasus diatas adalah kejujuran yang pamrih, tapi masih mungkinkah di dunia yang sudah sangat tidak jujur ini, orang berlaku jujur tanpa syarat, jujur karena senang berkata jujur, jujur karena memang seharusnya jujur, dan jujur karena terbiasa jujur. Novel Blakanis karangan Mas Wendo ini seperti oase yang menyejukan, menyentil-nyentil kesadaran, dan membangkitkan keinginan untuk menjadi jujur terutama pada diri sendiri. Blaka merupakan cerita fiktif tentang pemukiman yang diisi oleh orang biasa yang tidak biasa berjulukan Ki Blaka penyebar virus jujur. Ki Blaka mengajak tanpa memaksa untuk hidup jujur, dengan apa adanya, hidup dengan Blaka.
Tentunya dalam menuju perbaikan selalu muncul chaos dan order. Misalkan ketika orang diminta untuk menjawab jujur maka jawabannya pasti dapat mengakibatkan guncangan, sakit hati, keretakan hubungan. Tapi pada akhirnya akan muncul keteraturan dan keseimbangan, bahwa kejujuran worth going, worth trying.
Menurutnya jujur begitu sederhana:
Tidak ada tahap untuk menjadi jujur
Mulai, lakukan…
Tidak ada latihan untuk mencapainya
Mulai, lakukan…
Kalau kalian ada yang bisa membuat rumusan, membuat system, metode, cara, yang menurut kalian lebih bagus, itu sangat berarti tapi mulailah dengan kejujuran.
Termasuk dalam hubungan ketuhanan, bagaimana mungkin kita bisa mengatakan kita beriman kepada tuhan kalau tidak memulainya dengan jujur. Jujur dalam setiap sendi kehidupan menyelamatkan pada akhirnya. Buku yang cukup menggelisahkan karena setelah membacanya saya mulai berhitung berapa banyak kebohongan yang saya buat pada akhirnya berbalik membohongi saya. Kebohongan dan kepura-puraan yang memberi dampak menyakitkan bagi umat di seluruh dunia. Rasanya saya perlu belajar banyak dan berusaha keras untuk lebih baik diam daripada berkata dusta.
“Jujur itu seperti bernapas, tak perlu belajar, tak perlu mengatur kapan memulainya, sangat sederhana, semua juga bisa melakukannya”.
Dan saya semakin yakin tak akan pernah berhasil menjadi Blakanis.
0 comments:
Post a Comment