YA GItu lah

Akhirnya semuanya selesai… bukan karena saya tidak mengerti atau tidak pernah mau mengerti pertanyaan-pertanyaan yang kamu ajukan. Tapi karena saya belum benar-benar tahu apa jawabannya. Apakah paradoks? kamu pernah bertanya, atau relatif…? saya rasa bukan keduanya, melainkan anomali dan saya adalah katalisnya.
Keputusan saya untuk menyelesaikan semuanya adalah diluar semua batas harapan bahwa hubungan bukanlah sandaran dan teman bukan berarti rasa aman. Jadi saat perasaan ingin ditemani, takut sendirian, serta berharap banyak dari orang lain menjadi suatu kebutuhan saya ingin benar-benar mati di dalamnya.
Lalu kamu bertanya lagi, teorema mana yang meracuni pikiran saya hingga tidak mau lagi mempertanyakan hubungan antar manusia. Saya menjawab untuk menambah kebingunganmu: Jangankan mempertanyakan, memandang pun saya tak sudi, sudah saya bilang saya kekeringan kasih sayang. Bukan salahnya, bukan salahmu, atau salah siapapun, pandangan ini sudah saya tetapkan sejak saya merasa bahwa tidak pernah ada kata menang dan kalah dalam suatu hubungan di alam penuh parodi komik ini. Tidak perlu pandangan alternatif dari berbagai kemungkinan yang berekstapolasi membentuk kesadaran ruhiah untuk memberi tahu saya bahwa sendirian bukan ancaman.
“Saya tidak pernah bersama siapa-siapa”. Lalu kamu kecewa menanyakan di mana tempatmu. Begitu senewennya kah? Atau semua perasaan platonis itu menjadi demikian memesona?. Saya harap kamu mengerti, saya tidak ingin lagi bersama siapa-siapa, atau berharap apa-apa. Tidak perlu lagi menetapkan sesuatu atas apapun, tidak perlu lagi memimpikan sesuatu atas apapun, bahkan tidak perlu lagi menginginkan sesuatu atas siapapun.
Lalu kamu memandang sambil berharap cemas bahwa saya merindukan jawabannya. ‘Bahkan bintang dilangitpun punya pasangan pada konstelasinya’.
Kalau akhirnya semua selesai dan tidak lagi menjadi tanggung jawab saya itu salah saya? Kalau tidak bersama siapapun artinya adalah rasa aman itu salah saya? Bersamamu mungkin akan menyenangkan tapi maaf saya sedang tidak bersemangat untuk disiksa.

September 19, 2006

CLair De Lune

Votre âme est un paysage choisi
Que vont charmant masques et bergamasques,
Jouant du luth, et dansant, et quasi
Tristes sous leurs déguisements fantasques.
Tout en chantant sur le mode mineur
L'amour vainqueur et la vie opportune,
Ils n'ont pas l'air de croire à leur bonheur
Et leur chanson se mêle au clair de lune,
Au calme clair de lune triste et beau,
Qui fait rêver les oiseaux dans les arbres
Et sangloter d'extase les jets d'eau,
Les grands jets d'eau sveltes parmi les marbres.