MATA


Harga diriku rumpal. Gumpil begitu saja menggelosor ke tanah. Bahwa setiap anak panah yang kamu lepaskan dari busur itu langsung menuju galur asimetris di pikiranku itu aku sudah tahu. Bahwa setiap tumpukan pertahanan yang kususun sekuat kejan, akhirnya terabrasi pelan-pelan itu aku paling tahu.

Tapi entah mengapa aku masih di sini.

Mungkin karena penyiksaan ini begitu kunantikan.
Mungkin karena ini yang begitu bersemangat aku impikan.
Injeksi serupa charger, tanpa indikator penuh-kosong, tak perlulah dibahas lewat logika. Toh dalamnya tetap terbaca, jernihnya tetap terduga.
Saturasi Satu-rasa semua ada

'Matamu'

0 comments: